PADA BEBERAPA BENDUNGAN DI SUMATERA BARAT
I. Pendahuluan
Sungai adalah ekosistem perairan lotic yang didalamnya hidup berbagai jenis ikan. Dalam siklus hidupnya, ikan sering bermigrasi (beruraya) dari hilir ke hulu sungai atau sebaliknya, yaitu untuk memijah atau breeding, mencari makan, pengasuhan anak dan kegiatan lainnya. Lagler et. al, (1977). dan Bond (1979) menyatakan bahwa ikan bermigrasi disebabkan karena mencari makanan, adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan, perubahan fase siklus hidup dan pemijahan. Mereka mengatakan lagi bahwa ikan tidak hanya bermigrasi dalam perairan tawar atau sungai (potamodromous) saja, tetapi juga bermigrasi dari laut ke perairan tawar (anadromous) atau dari perairan tawar ke perairan laut (catadromous).
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan yaitu di Sungai Batang Gasan Gadang (1999), Batang Anai (2000) dan Batang Ulakan (2001) di Kabupaten Padang Pariaman; Sungai Batang Kandis (2000 dan 2004) di Kota Padang; Sungai Batang Hari (2000 dan 2007) di Kabupaten Dharmasraya; Sungai Batang Bayang, Batang Pelangai dan Batang Indropuro (2008) di Kabupaten Pesisir Selatan; Sungai Batang Mahat dan Batang Sinamar (2009) di Kabupaten 50 Kota menunjukkan bahwa ada beberapa spesies yang melakukan migrasi dari hilir (downstream) ke hulu sungai (upstream) untuk memijah seperti ikan Garing (Tor sp) dan Kulari (Thylognathus sp), dan ada pula yang melakukan migrasi dari hulu sungai (upstream) ke laut untuk memijah, misalnya ikan Mingkih (Cestraeus sp).
Indonesia adalah negara berkembang yang mayoritas penghuninya adalah petani. Dengan demikian pengembangan sektor irigasi seperti bendungan atau dam sangat penting, karena berkaitan dengan kebutuhan air untuk mengairi sawah. Namun demikian, konstruksi bendungan tidak hanya menguntungkan manusia, tetapi juga merugikan manusia karena dapat merusak ekosistem biota yang hidup di perairan sungai tersebut, misalnya komunitas ikan. Nakamura (1998) mengatakan bahwa pembangunan irigasi (bendungan atau dam) telah menyebabkan ikan tidak dapat bermigrasi dari sungai ke hulu. Williams (1995) juga mengatakan bahwa dalam migrasi Salmonid dari samudra ke hulu sungai di Collumbia hanya sebagian kecil dari Salmon tersebut dapat melewati bendungan pergi ke hulu untuk pemijahan, dan sebagian besarnya mati disekitar bendungan tersebut. Selanjutnya Cowx dan Welcomme (1998) menyatakan pula bahwa komunitas ikan di negara-negara Eropa telah banyak mengalami penurunan spesies sebagai akibat dari konstruksi bendungan di sungai. Pembangunan bendungan tidak hanya menghambat migrasi ikan dari hulu ke hilir, tetapi juga menyebabkan matinya anak-anak ikan (fry) selama perjalanan melalui bendungan dari hulu ke hilir.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kepunahan atau penyelamatan species ikan akibat dari bendungan tersebut adalah melalui pembangunan (instalasi) fishway pada setiap bendungan yang ada atau yang sedang/akan dibangun.
II. Metodologi
- Studi Fisikal Habitat Komunitas Ikan, yang meliputi parameter diantaranya : kedalaman, arus, substrat, cover, dan stadia biota;
- Mendisign model dan kotruksi fishway;
- Pemasangan fishway; dan
- Pengamatan species ikan yang beruraya melalui fishway.
Berdasarkan hasil uji coba ini dapat disimpulkan bahwa pemasangan atau instalasi fishway pada bendungan merupakan cara yang efektif untuk mengatasi hambatan ruaya ikan dan biota lainnya dari hilir ke hulu sungai oleh bendungan atau dam tersebut