PADA IKAN
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan spermatozoa dari sel-sel epitel germinal, sedangkan oogenesis
adalah proses pembentukan ovum atau sel telur dari sel-sel epitel germinal
bakal benih. Sehubungan dengan kedua proses tersebut, terjadi
perubahan-perubahan atau perkembangan dari gonad ikan baik pada testis maupun
pada ovarium. Berdasarkan pada bentuk, warna dan volume rongga peritonium yang
terisi oleh gonad, maka Cassie dalam
Effendie (1979), perkembangan gonad menjadi 5 (lima ) tingkat, seperti yang telihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Menurut
Cassie dalam Effendie (1979).
TKG |
I k a n B e t i n a |
I k a n J a n t a n |
I
|
Ovari seperti benang panjang sampai ke depan rongga tubuh, warna jernih
dan permukaannya licin
|
Testes seperti benang, lebih pendek dan terlihat ujung jadi rongga tubuh,
warnanya jernih
|
II
|
Ukuran ovari lebih besar, warna lebih gelap kekuning-kuningan, telur
belum terlihat jelas dengan mata
|
Ukuran testes lebih besar, warnanya putih seperti susu, bentuknya lebih
jelas dari pada tingkat I
|
III
|
Ovari berwarna kuning, secara morfologi telur mulai kelihatan butirannya
dengan mata
|
Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih, testes makin besar,
kalau diawetkan mudah putus
|
IV
|
Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan, butir minyak
tidak tampak, mengisi setengah sampai dua pertiga rongga perut, usus terdesak
|
Seperti tingkat III. Tampak lebih jelas, testes semakin kenyal
|
V
|
Ovari makin berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat
pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II
|
Testes bagian belakang kempes dan bagian dekat pelepasan masih bersih.
|
1. Spermatogenesis
Menurut Chinabut et al
(1991), perkembangan testis ikan dalam proses spermatogenesis dapat dibagi atas
5 tahap, yaitu :
Tahap I : Spermatogonia
Sel-sel epitel germinal aktif
membentuk spermatogonia, hampir diseluruh tubulus. Kebanyakan sel spermatogonia
mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan dengan membrane siste
yang tidak jelas kelihatan. Nukleus mengandung granula-granula berwarna terang
dengan ukuran dan bentuk yang
bervariasi, serta mempunyai sebuah nukleolus. Spermatogonia berukuran 10,80 ~
13,31 µ.
Tahap II : Spermatosit primer
Proses akhir spermatogonia akan
tumbuh dan membelah menjadi spermatosit primer. Membrane siste spermatosit
primer terlihat dengan jelas dan setiap siste mengandung banyak sel spermatosit
primer. Spermatosit primer mempunyai nukleus berbentuk bola dan mengandung
granula-granula berwarna gelap. Spermatosit primer berukuran 4,59 ~ 5,20 µ.
Pada tahap ini terjadi duplikasi kromosom menjadi 4 n, sehingga setiap
spermatosit primer mengandung 4 n kromosom dalam nukleus.
Tahap III : Spermatosit sekunder
Spermatosit primer akan membelah
secara mitosis membentuk spermatosit sekunder. Ukuran spermatosit sekunder
lebih kecil dari spermatosit primer dan nukleusnya mengandung kromatin yang
tebal. Spermatosit primer berukuran 3,31 ~ 4,25 µ. Pada tahap ini terjadi
pembelahan miosis, sehingga setiap spermatosit sekunder mengandung 2 n kromosom dalam nukleus.
Tahap IV : Spermatid
Siste-siste yang berisi
spermatosit sekunder akhirnya berkembang dan melepaskan sel-selnya ke dalam
lumen tubulus, kemudian matang sempurna menjadi spermatid. Pada tahap ini
terjadi pembelahan secara miosis, sehingga setiap spermatid mengandung n
kromosom dalam nukleus.
Tahap V : Spermatozoa
Spermatid mengalami perubahan bentuk
atau mengalami metamorfosa menjadi spermatozoa yang dilengkapi dengan kepala
dan ekor, sehingga bisa bergerak aktif di dalam lumen tubulus. Disini terbentuk
spermatozoa Y (jantan) dan spermatozoa X (betina). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Struktur
Sebuah Tubulus Semeniferi Ikan Liza
aurata dalam Proses Spermatogenesis (Grier dan Grier dalam Brusle et al,
1982).
Proses spermatogenesis tersebut
diatur melalui suatu proses kerja hormon, diantaranya adalah Gonadotropin
Hormon (Folikel Stimulating Hormon-FSH dan Lueinizing Hormon-LH) yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hormon androgen (Testosteron) yang
dihasilkan oleh sel-sel leydig dari testis, seperti yang telihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Skema
Mekanisme Kerja Endokrin dalam Proses Spermatogenesis dan Oogenesia pada Ikan Monopterus sp (Chang danYeung, 1983).
2. Oogenesis
Menurut Woynarovich dan Horvath
(1980), perkembangan telur pada ikan secara umumnya dapat dibagi atas 4 tahap,
yaitu :
Tahap I : Oogonia
Sel-sel telur primitif (ovagonium
atau oogonia) ukurannya sangat kecil, diameternya 8 ~ 12 µ, nukleus 6 ~ 8 µ. Sel-sel ini akan membelah secara mitosis
menjadi berlipat ganda jumlahnya.
Tahap II : Oosit primer
Sel-sel telur tumbuh menjadi
ukuran 12 ~ 20 µ, dan folikel mulai terbentuk melingkari atau mengelilingi sel
telur sebanyak satu lapis. Folikel berfungsi untuk pemeliharaan dan melindungi
perkembangan telur. Sel telur yang telah dilengkapi dengan folikel ini disebut
juga dengan oosit primer. Pada tahap ini terjadi proses duplikasi kromosom
menjadi 4 n didalam nukleus. Nukleusnya berukuran 10 ~ 12 µ.
Tahap III : Oosit sekunder
Selama tahap ini sel telur
berkembang membesar dengan sangat berarti hingga mencapai ukuran 40 ~ 200 µ dan
menjadi tertutup oleh folikel. Awal dari tahap III ini ditandai dengan periode
akumulasi nutrient dalam telur yang sedang berkembang. Lapisan folikel sudah
dua lapis, jumlah nukleolus dalam nukleus mulai bertambah. Vakuola dan partikel
kuning telur belum ada. Pada tahap III ini terjadi pembelahan miosis menjadi 2n
dalam nukleus dan pembentukan polar body I dalam sitoplasma. Nukleus berukuran
12 ~ 17 µ.
Tahap IV : Vitellogenesis I
Selama tahap IV ini produksi dan
akumulasi kuning telur (Yolk) dimulai. Proses ini disebut vitellogenesis.
Selanjutnya telur berkembang sampai
mencapai ukuran 200 ~ 350 µ, nukleus 80 ~ 150 µ. Partikel kuning telur yang
mengandung lipoprotein mulai terbentuk dalam sitoplasma. Jumlah vakuola
bertambah.
Tahap V : Vitellogenesis II
Tahap V ini merupakan phase
vitellogenesis kedua. Pertikel kuning telur berpindah ke pinggiran dan menyebar
diantara vakuola. Telur mencapai ukuran 350 ~ 500 µ, dan nukleus 150 ~ 180 µ.
Tahap VI : Vitellogenesis III
Tahap VI ini merupakan phase
vitellogenesis ketiga, yang mana selama tahap ini yolk plate (lempengan kuning
telur) mendorong lipoid drop ke arah pinggiran sel dimana dua lingkaran mulai
terbentuk. Vakuola berjejer di pinggiran sel telur. Vakuola dan partikel kuning
telur menempati seluruh sitoplasma. Nukleus masih beraaa ditengah-tengah sel
telur. Nukleolus berada dipinggiran Nukleus. Ukuran sel telur 600 ~ 900 µ, dan
nukleus 150 ~ 180 µ.
Tahap VII : Ovum
Pada tahap VII ini merupakan
akhir dari proses vitellogenesis dan telur mencapai ukuran 900 ~ 1000 µ,
nukleus mencapai ukuran 200 µ. Nukleolus berpindah menjauhi membrane nukleus ke
pusat nukleus. Pada tahap ini nukleus bergerak menuju mikropil dan pada tahap
ini pula mukropil mulai terbentuk dan berkembang. Pada tahap VII ini membrane
nukleolus tidak nampak lagi. Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis ke II
yang membentuk polar bodi ke II. Untuk lebih jelasnya proses oogenesis ini
dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Proses Oogenesis (Perkembangan Telur) pada
Ikan.
Gambar 5. Struture Sel Telur pada Ikan
Tahap IV, V, VI dan VII adalah merupakan tahap
vitellogenesis, dimana Pertikel kuning telus disintesa dan terakumulasi dalam
sel telur. Pada kondisi ini secara material telur telah siap. Untuk mencapai
perkembangan ini seekor induk ikan membutuhkan banyak protein didalam
makanannya dan harus berada pada suhu yang optimal. Setelah selesai tahap VII
ini, telur tidak akan mengalami perubahan bentuk dan dikenal dengan fase
dormant (istirahat), yaitu sampai kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
terjadinya ovulasi. Tetapi bila kondisi lingkungan yang cocok tidak kunjung
datang sehingga hormon LH (Luteinizing Hormon) untuk ovulasi yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisa tidak turun, maka lama kelamaan telur tersebut akan
mengalami degradasi (rusak) lalu diserap kembali oleh ovarium (gonad)
(Gambar 6).
Gambar 6. Proses
Perkembangan Sel Telur dari Sel Germinal sampai Ovulasi pada Ikan.